Kamis, 23 Desember 2010

Aku


“ Aku, Mamaku dan Dokter Penyelamatku”

Mazmur 23:1-6 “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”.

M
asih begitu melekat dalam ingatanku cerita mamaku, tentang kisah hidupku pada masa kecil dulu. Kala itu aku masih siswa di SGH ( Sekolah Guru Huria) di Seminarium Sipoholon  Tarutung. Entah apa yang membuat mama sehingga ia menceritakan kisah ini,  namun mama berkata “ Hotman, sebenarnya namamu bukan hotman, tetapi Brintor!”. Seketika aku merasa aneh mendengar nama itu, sebab selama ini mama dan bapak ku yang kerja di Kepolisian RI, bahkan saudaraku yang 5 orang itu belum pernah memanggil nama itu. Aku penasaran, “tetapi ma.., namaku hotman, kok mama bilang itu bukan namaku, lalu siapa sebenarnya si Blintor itu ma !?” tanyaku. “Sebenarnya kedua nama itu adalah namamu” kata mamaku mengawali kisahnya.
D
ulu ketika kau masih kecil, berumur 5 tahun, karena bapak pindah tugas ke Pangururan kita pindah kesana dan tinggal di Asrama Polisi.  Suatu sore kira kira jam 5, ketika itu bapak sudah berangkat kerja untuk tugas jaga di kantor Polisi seperti biasanya. Sepeninggal bapak, kamu tiba-tiba sakit dan entah kenapa kamu meninggal dan mama pun menjerit menangisimu dan memanggil-mangil namamu “Brintor…Brintor…!”. Akibat jeritan mama para tetangga dan orang yang hendak mandi ke pinggiran Danau Toba berdatangan ke rumah kita. Para tetangga yang berdatangan melihat kamu lalu memegangi kamu, dan memeriksa keadaanmu. Para tetangga kemudian mengangkati barang keluar, dan membentangkan tikar di ruang tengah, kemudian kamu sudah di letakkan di ruang tengah itu dengan ulos batak yang menutupi tubuhmu. Kemudian melihatmu yang sudah terbujur di ruang tengah itu mama menangis menjerit memanggil namamu, entah itu kebetulan atau tidak ketika mama menangisimu ternyata dokter Lumbanraja (mama lupa namanya) yang hendak mandi ke pinggiran Danau Toba saat itu mendengar tangisan mama. Ia datang melihat  apa yang terjadi, setelah ia mendengar berita dari orang yang berkerumun itu, lalu ia tergesa-gesa pergi kerumahnya dan tidak lama kemudian ia datang dengan peralatan dokternya.  Selama ini dokter lumbanraja ini yang menangani, bila kamu sakit.
 K
emudian setelah ia sampai di rumah kita, ia memegang tanganmu, dan menyuruh orang-orang untuk memberikan ruangan, para tetangga yang berkerumunpun member tempat. Dokter Lumbanraja ini membuka peralatan dokternya, ia mempersiapkan alat suntiknya dan mengambil obat suntik dan kemudian menyuntikkan obat itu ketangan dan ke pahamu. Ia menyuntik kamu sampai empat kali, suntikan pertama, kedua dan ketiga kamu belum ada reaksi namun pada suntikan ke 4, tiba-tiba kamu terbangun seperti orang linglung yang baru bangun tidur kemudian kau menangis.
M
ama menjerit dan memeluk kamu, mama juga berterimakasih kepada dokter Lumbaraja itu dan mama sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus karena kasih-Nya memberikan mujizat dan sesuatu yang paling berharga buat mama bahwa anakku yang sudah meninggal Tuhan hidupkan kembali melalui tangan malaikat-Nya dokter Lumbaraja. Kulihat mama menyeka air matanya, ia nampaknya sangat terharu mengenang peristiwa yang terjadi 18 tahun yang lalu itu. Mamaku terdiam sebentar, lalu ia berkata “itulah awalnya pergantian namamu”.
S
etelah seminggu kemudian beberapa orang tua termasuk opungmu (nenek) mengusulkan untuk menggantikan namamu, karena nama itu katanya memiliki makna dan artinya yang  terlalu besar sehingga itu penyebabnya kamu selama ini tidak sehat, memang rejeki bapak dan mama waktu itu lancar tetapi hampir semua yang di dapat hanya untuk uang beraobatmu saja. Melalui diskusi  bapak, mama dan sintua lingkungan waktu itu dan juga termasuk dokter lumbanraja itu, akhirnya namamu pun di ganti. Untuk perobahan nama itu mama dulu sudah wartakan di Gereja dan di sesama tetangga dengan membuat pesta syukuran kecil-kecilan untuk berkat Tuhan yang menghidupkan kamu dan untuk meresmikan pergantian namamu dari Blintor menjadi Hotman dan nama itulah yang menjadi namamu seperti sekarang ini. Dan kisah ini pula yang mendorong mama dan bapak sepakat untuk memasukkan kamu ke Sekolah Guru Huria, kata mamaku mengakhiri ceritanya.
K
isah ini saya angkat sebagai ucapan syukur saya kepada Tuhan yang telah menganuhgerahkan kehidupan bagi saya hingga saat ini. Tuhan sumber kehidupanku, Gembala yang baik bagiku, yang hadir ditengah perjalanan kehidupanku melalui seorang dokter yang sudah tua, yaitu dokter Lumbanraja. Saya bersyukur kepada Tuhan walaupun Mama dan bapakku sudah pulang kerumah Bapa di surga,  namun kasih dan cinta mereka itulah yang menjadi penghiburan bagi kami anak-anaknya sepanjang hidup kami. Terimakasih Tuhan Yesus engkau mengirimkan malaikatmu kepadaku yaitu Bapak, mama dan Dokter Lumbaraja malaikat peyelamatku. Pengalaman ini sangat berharga buat hidupku, seperti pernyataan pemazmur 23 ini, aku hendak menyatakan dan menyaksikan : “ Tuhanlah Gembalaku”. Amin.