Selasa, 04 Mei 2010

Barita Mardongan Poda

Barita Mardongan Poda
“ Kera Sang Pengemis Pelompat ”
====================================================================
Darwin terkenal dengan terori evolusinya yang menyatakan bahwa : “ Manusia berasal dari kera”. Banyak pendapat dan analisa untuk pernyataan ini, ada yang setuju dan tidak. NAMUN Alkitab menjawab setiap keraguan yang menegaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah dan berasal dari Allah ( Kejadian 2: 26).

Namun saat ini begitu banyak diperhadapkan kepada kita fenomena alam yang kadang mengugah kemanusiaan kita. Bila kita berbicara tentang teori Darwin, Manusia berasal dari kera, nah sekarang fenomena yang terjadi ada kera yang telah menjadi seperti manusia dan manusia seperti kera. Sudah hampir di setiap persimpangan dan lampu merah dan bahkan di beberapa pinggir jalan kelihatan sudah ada para pengemis. Hal ini hendak menjelaskan kepada kita agar tidak menutup mata terhadap keadaan yang ada di sekeliling kita, mengapa ini terjadi katanya negeri kita kaya dan berlimpah dengan kekayaannya.memang berkat Tuhan begitu besar atas negeri kita, tongkat kayu saja bisa tumbuh dan dapat menghasilkan buah.

Bila kita melintas jalan Lintas di Parapat tepatnya di daerah sibaganding, di sana bila siang hari bahkan kemungkinan sore hari, di sepanjang jalan itu kita akan melihat ada banyak kera yang datang dari gunung dan hutan sekitar nongkrong di sana. Memang sepintas kita akan terhibur dengan kehadiran mereka, yah..!, dari pada pergi kekebun binatang harus bayar, di sana gratis kok melihat kera. Namun bila kita berkaca akan perangai dan sikap mereka, maka terkadang kita akan juga dapat menyadari akan keberadaan manusia itu sendiri.

Para kera itu datang bergerombol kepinggir jalan Lintas itu, dan para kera itu duduk mengemis, layaknya pengemis professional. Mereka duduk menunggu para dermawan melemparkan kacang, pisang, atau bahkan sisa makanan. Setiap kelompok ada batas wilayahnya, dan mereka menghormati batas- batas wilayah teritorial masing – masing walaupun berdekatan. Dalam satu kelompok nampaknya perkeluarga yang dipimpin oleh seekor jantan. Ketika seorang dermawan melemparkan sumbangan, kacang, makanan sisa maka yang terjadi adalah mereka akan berebut.
Cukup sering perangai para kera itu terwujud dalam diri manusia, belakangan ini ada banyak sebutan untuk itu mulai dari pengemis jalanan hingga pengemis berdasi, dan pengemis berseragam. Ketika mereka mendapat apa yang mereka inginkan maka mereka akan saling berebut, terjadi saling menuding dia korupsi, korupsi dan korupsi. Maka pada akhirnya komflik demi konflik terjadi dan menimbulkan perpecahan sehingga bermunculan organisasi, kesatuan tandingan, STM tandingan dan tidak menutup kemungkinan juga hal ini dapat merembes dalam lingkup organisasi keagamaan.

Hanya sebuah perenungan, bila kera dapat meniru manusia, lalu bagaimanakah manusia dapat menyadari perangainya sendiri.

Amsal Salomo 6: 6 “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak, biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar