Selasa, 27 April 2010

Khotbah Naratif.

Khotbah Narasi

“ KASIH DAN PEMELIHARAAN GEMBALA YANG BAIK ”

Bacaan Leksionari:
Injil : Yohanes 10: 11-18
Tanggapan: Mazmur 23 : 1 - 6
Kedua: Kisah Para Rasul 4: 5 – 12
Ketiga : 1 Yohanes 3: 16 – 24

Tujuan :
Jemaat mampu meneladani sikap Kristus sebagai Gembala yang baik, sehingga memiliki kepedulian kepada sesama yang mengalami penderitaan dan membutuhkan uluran kasih

DASAR PEMIKIRAN KHOTBAH:
1. Pada jaman yang semakin tingginya rasa egois manusia yang mengikis rasa kasih terhadap sesama, jemaat terpanggil dan semakin dimampukan untuk menghayati Kasih Kristus.
2. Kasih dari Yesus Kristus sebagai gembala yang baik mendorong jemaat untuk mengaktulisasikan kasih Kritus dalam kehidupannya sebagai buah dari imannya kepada Yesus Gembala yang baik.

KETERANGAN BACAAN: (Tafsiran singkat)

Pertama: Yohanes 10 : 11 - 18
Dalam hidup yang penuh tantangan dan mara bahaya, betapa melegakan jika kita mendengar suara Yesus yang menyatakan "Akulah gembala yang baik". Penyataan Yesus itu mau menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya gembala yang melindungi domba-domba-Nya, tetapi Ia rela "memberikan nyawa bagi kepentingan domba-domba". Inilah yang membedakannya dengan "orang upahan" yang hanya mencari keselamatan sendiri saja.

Orang upahan adalah hal yang umum di Palestina. Mereka dibayar untuk tugas menggembalakan dan tentunya juga diharapkan oleh pemilik domba untuk bisa menggembalakan dengan baik termasuk berjuang menghalau binatang buas. Namun karena ia bukan pemilik domba-domba, ia tidak mempunyai hubungan yang intim dengan domba-domba. Sebab itu ketika melihat "serigala" datang, ia akan lari menyelamatkan dirinya sendiri dan membiarkan domba-domba diterkam dan tercerai berai. Orang upahan gagal menjalankan tugasnya ketika menghadapi bahaya.

Sebaliknya gembala sejati akan memelihara domba-dombanya dengan taruhan nyawa. Ia rela kehilangan hidupnya sendiri demi mempertahankan hidup kawanan dombanya. Daud adalah contoh gembala yang baik, yang siap menyabung nyawa demi menyelamatkan domba-dombanya dari cengkeraman binatang buas ( 1Sam. 17:35). Yesus sebagai gembala yang baik rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Ia rela mati di kayu salib supaya yang percaya kepada-Nya mempunyai hidup. Pengorbanan Yesus bukanlah suatu akhir karena Ia akan menerimanya kembali. Pengorbanan Yesus juga berdasarkan tindakan bebas Yesus dan bukan sebagai korban situasi. Yesus memiliki kuasa untuk tidak mengorbankan nyawa-Nya, tetapi dengan sukarela Ia telah memilih untuk mengorbankan nyawa-Nya demi kepentingan dan keselamatan domba-domba-Nya.

Tanggapan : Mazmur 23: 1 - 6
Pusat dari Mazmur 23 adalah di dalam judulnya di ayat 1. Tuhan adalah Gembalaku, kenapa bagi Daud dengan Tuhan jadi Gembala, maka hidupnya sangat cukup dan berkelimpahan. Apakah dia tidak pernah hidup dalam kesulitan dan masalah?. Pemazmur menggambarkan hubungan dirinya dengan Tuhan bagaikan domba yang dipelihara oleh gembala yang baik. Gembala yang baik bertanggung jawab atas seluruh kebutuhan domba-dombanya. Dia menyediakan kebutuhan untuk makanan yang hijau segar dan air yang menyejukkan. Dia menyertai mereka saat perjalanan sulit dan melindungi mereka atas musuh-musuh yang ganas. Pemazmur juga menggambarkan Tuhan sebagai tuan rumah yang menerimanya sebagai tamu kehormatan. Dia melindungi tamu itu dengan kehormatan dan mengurapinya dengan wewangian. Jaminan kebajikan dan kemurahan meneduhkan si pemazmur sehingga ia bertekad untuk hanya mengandalkan Tuhan seumur hidupnya.

Sungguh ini adalah suatu gambaran yang menyejukkan bagi setiap orang yang berada di tengah dunia yang kian panas dan membara. Manakala kita berpaling ke sekeliling kita, tidaklah kita temukan orang yang kepadanya kita dapat menaruh harap dan percaya kita, karena semua seperti penjaga-penjaga upahan, yang akan lari menyelamatkan diri bila ada bahaya. Namun, dengan berpaling kepada Tuhan dan mengalami perjalanan hidup bersama- Nya, kita tahu bahwa Dia adalah Gembala yang baik.

Tanggapan kedua : Kisah Para Rasul 4 : 5 – 12.
Akibat dari kesaksian dan pengajaran tentang Allah, kini Petrus dan Yohanes harus menghadapi tekanan dan ancaman dari para pemimpin agama dan penguasa wilayah setempat. Mereka berdua ditangkap, bukan karena berbuat jahat, tetapi memberitakan Injil. Meskipun demikian, mereka tidak gentar. Bahkan kehadiran mereka di antara para pemimpin agama itu; mereka manfaatkan sebagai kesempatan untuk bersaksi bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus yang telah disalibkan dan dibangkitkan Allah dari antara orang mati.

Di dalam sidang yang sama yang telah menghukum Yesus dengan hukuman mati (Luk. 22:63-71), Petrus memperhadapkan para pemimpin Yahudi kepada suatu fakta yang tidak dapat ditolak. Mereka tidak dapat menyangkal bahwa si lumpuh memang telah disembuhkan. Petrus menyatakan bahwa jika mereka mengakui kesembuhan si lumpuh, seharusnya mereka mengakui juga kebenaran kesaksian Petrus yang menyatakan bahwa si lumpuh disembuhkan karena kuasa nama Yesus. Tidak hanya itu, sesuai dengan nas Perjanjian Lama, Yesus Sang Mesias yang telah mereka tolak itu justru adalah bagian terpenting dari bangunan yang sedang didirikan Allah, yaitu umat-Nya (bnd. Luk. 20:17). Yang terutama adalah, hanya di dalam nama Yesus Kristus sajalah manusia dapat diselamatkan. Keyakinan Petrus dan Yohanes yang didasarkan pada tuntunan Roh Kudus, inilah yang menjadi dasar dari tindakan, perkataan dan keberanian mereka. Keberanian ini tidak sia-sia, karena kesaksian mereka berbuah demi kemuliaan Tuhan.

Tanggapan ke tiga : I Yohanes 3 : 16 - 24
Bagi Yohanes, kasih bukanlah sekadar kata benda atau kata sifat. Dalam teks bacaan ini Yohanes memakai kata kerja ‘mengasihi’. Sebagai kata kerja “kasih” tidak dapat dilepaskan dari relasi personal dan sosial dengan manusia lainnya. Seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia penuh kasih ilahi, tetapi hidup tanpa relasi dengan manusia lainnya. Kasih memerlukan objek untuk dikasihi, yaitu sesama manusia. Secara khusus hakikat kasih dikontraskan dengan dua model yakni Kain dan Kristus.
1. Hidup Kain.
Dalam kitab Kejadian dilaporkan bahwa persembahan Kain tidak diterima, sedang persembahan Habel, adiknya, diterima Allah. Akibatnya timbul kecemburuan dan kebencian dalam diri Kain. Kegagalan Kain untuk mengasihi adiknya melahirkan kebencian mendalam dan akhirnya pembunuhan. Kain membenci Habel yang berbuat benar di hadapan Allah. Perbuatan benar inilah yang dibenci oleh dunia. Oleh sebab itu, Yohanes memperingatkan kita bahwa jika kita membenci perbuatan benar maka tidak ada kasih, dan itu berarti kita sedang membenci. Membenci berarti membunuh. Inilah hidup model Kain.

2. Hidup Kristus.
Kedatangan Yesus ke dalam dunia menunjukkan wujud kasih Allah kepada kita. Karya Yesus selama Dia hidup, baik perkataan maupun perbuatan, mendemonstrasikan kasih Allah. Bukti kasih yang lebih jelas adalah ketika Kristus menyerahkan nyawa-Nya, berkurban untuk kita. Yesus rela menyerahkan nyawa-Nya sendiri agar kita hidup.

PENGENAAN KHOTBAH:
1. Perlu disampaikan bahwa Kasih Kristus menaungi kehidupan setiap orang
2. Dalam kehidupan ini kita selalu diperhadapkan dengan tantangan, namun Yesuslah Gembala yang baik yang setia menuntun kehidupan kita.
3. Bila Allah mengasihi dan memelihara kehidupan kita, kita juga terpanggil untuk mengaktualisasikan kasih Kristus terhadap sesama.


RANCANGAN KHOTBAH :
Saudara yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus,
Gembala yang baik rela berkorban bagi kawanan domba-Nya tanpa pamrih, tanpa upah. Berbeda dengan gembala upahan yang melakukan tugas bukan karena tanggung jawab tetapi karena upah yang diterima. Ia tidak segan-segan lari meninggalkan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya, bila kesulitan muncul tiba-tiba. Para gembala yang dimaksud Yesus mungkin sekali adalah para ahli Taurat dan orang Farisi yang menentang Dia, yang tidak memimpin umat kepada hidup. Mereka bukan menjamin keselamatan para domba tetapi justru mencelakakan.

Untuk memahami kehidupan dari seorang gembala kita perlu mengetahui sifat dan tanggung jawab dari seorang gembala yang baik. Ada beberapa yang jelas nyata dalam kehidupan seorang gembala yaitu memberi perlindungan kepada domba - dombanya dari serangan binatang buas seperti serigala atau beruang. Hal yang kedua adalah membimbing atau menggiring dombanya ke tempat di mana ada rumput yang banyak. Kemudian gembala memberi minum kepada domba - dombanya. Dan yang terakhir gembala menggiring domba - dombanya kembali masuk ke dalam kandang untuk beristirahat. Perlu kita ingat bahwa suasana dan kondisi penggembalaan daerah Palestina adalah penuh dengan kekerasan, penuh dengan ancaman, dimana sulitnya mata air, teriknya panas matahari yang mengancam domba karena padang gurun yang mendominasi daerah itu serta begitu banyaknya bahaya dari binatang buas, serigala dan beruang yang hendak mengancam setiap saat domba - domba.

Gambaran ini jugalah yang hendak menjadi gambaran dunia dan kehidupan kita saat ini, penuh dengan tantangan dan ancaman yang setiap saat mengintai dan dapat mengancam kehidupan dari setiap orang tanpa terkecuali. Baik ancaman negative dari tehnologi canggih saat ini, ancaman Narkoba, ancaman persaingan tidak sehat, ancaman dari rasa egois manusia yang semakin tingginya saat ini. Namun dalam kehidupan kita saat ini Yesus berkata: “Akulah Gembala yang Baik”, ini hendak menyatakan kepada kita bahwa setiap orang percaya adalah berada dalam naungan Gembala yang baik yaitu Yesus. Ia yang mengasihi , melindungi, yang memiliki, yang memberi hidup dan selalu menyertai, dari setiap domba kepunyaan-Nya.

Meskipun kita menghadapi begitu besarnya tantangan kehidupan saat ini, kita tidak perlu takut untuk mengahadapinya sebab ada Yesus Gembala kita. Yesus adalah gembala yang baik, di mana sekaligus juga sebagai pemilik domba-domba, pemilik dari kehidupan dan diri kita. Betapa besarnya kasih-Nya kepada kita, di mana Ia rela dihina, diolok-olok dan disiksa, bahkan mengorbankan nyawa-Nya untuk keselamatan milik kepunyaan-Nya. Begitu besar kasih Yesus gembala yang baik itu untuk keselamatan kita umat-Nya, milik kepunyaan-Nya agar kita memperoleh jaminan kehidupan baik di dunia maupun di tempat yang telah disediakan-Nya bagi setiap orang yang setia dan taat kepadaNya hingga akhirnya ( Wahyu 2: 10c).

Oleh karena itu saudara, bagaimana kita menjalani kehidupan kita didunia yang penuh dengan tantangan ini?. Kalau kita mengandalkan kekuatan kita sendiri kita pasti akan mengalami kegagalan sebab kekuatan dan usaha dari musuh kita lebih kuat dari kekuatan pribadi kita masing-masing. Oleh karena itu jangan andalkan kekuatanmu sendiri, tetapi andalkan kasih penyertaan Yesus Gembala yang baik itu, sebab hanya dengan menyandarkan kekuatan kita pada penyertaan Tuhan sajalah kita akan dimampukan untuk menghadapi dan mengalahkan kekuatan musuh kita yaitu tantangan dan pergumulan kehidupan yang kita hadapi pribadi lepas pribadi.

Seperti Daud yang memberikan kesaksian kepada kita dalam kitab Mazmur 23 : 1 - 6, bahwa kekuatannya adalah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Sebagai orang yang beriman bila kita memiliki keberhasilan dalam hidup ini, kita tidak dapat mengatakan bahwa kita berhasil karena kehebatan kita, melainkan itu adalah karena Tuhan yang memberi kita keberhasilan. Dari pengalaman hidup Daud sendiri, ia menggambarkan Tuhan sebagai Sang Gembala yang baik. Ia menyajikan sebuah pengalaman nyata dalam kehidupan yang dijalani oleh umatNya. Di saat umat berada di jalan kehidupan ini sesungguhnya boleh merasakan kenyamanan karena mempercayakan pada Sang Gembala itu. Gembala itu sangat bertanggungjawab, meskipun jalan yang dilalui bukan jalan mulus dan menyenangkan. Jalan dihadapan kita adalah jalan yang berliku-liku, terjal dan menyusahkan pasti tidak dapat dengan mudah untuk melewati jalan itu. Bila mengandalakankekuatan kita sendiri pastilah bisa putus asa, dan bukan tidak mungkin akan mengalami kekecewaan dan bahaya yang mengancam hidupnya.

Tetapi Gembala kita adalah Tuhan Allah. Hanya Dialah yang akan memberikan jaminan keselamatan kepada kita agar kita dapat sampai ditempat yang dituju. Seperti syair bait KJ 415 ayat 3 mengatakan “ Di jalan maut kelam sekalipun, ku tidak takut pada seteru, sebab Gembala adalah teman dan Juru selamat bagi diriku. O, Gembalaku itu Tuhanku, membuat aku tentram hening. Mengalir dalam sungai kasihku, kuasa damai cerlang bening”. Maka yakinlah bahwa hidup kita senantiasa berada dalam jaminan kasih sang Gembala Sejati, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Saudara jemaat yang dikasihi Tuhan.
Berfokus pada peran Tuhan dalam kehidupan kita. Pada dasarnya terlihat bahwa : Allah sangat mengasihi kita. Dia memberkati kehidupan kita dari sejak lahir sampai saat ini. Kita tidak bisa berhitung berapa banyak yang telah Allah berikan kepada kita sepanjang kehidupan ini. Pendidikan, kesehatan, rezeki, dan masih sangat banyak berkat yang tak ternilai. Allah tak pernah meninggalkan orang percaya. Meski kita di tengah masalah, iman kita harus tetap teguh. Masuk ke lembah kelam, bukan berarti segala kehidupan kita menjadi kelam pula. Tetapi, kita tetap dimampukan untuk menjalaninya. Yang pasti Allah adalah tetap menyertai langkah kita. Bukankah gada dan tongkatnya menghibur kita. Itu bukti, bahwa Dia tak pernah meninggalkan kita sendiri, di tengah masalah yang sangat berat sekalipun.

Allah ingin kita hidup dalam limpahan berkat. Beban berat karena persoalan hidup bukan menjadi alasan dan hambatan bagi Allah untuk memberkati hidup kita. Jika kita tetap kuat dan bertahan dalam kesetiaan pada-Nya, maka curahan berkat itu pasti mengucur sepanjang hidup ini. Kebajikan dan kemuruhan belaka yang meliputi hidup ini. Jadi, sebenarnya tak ada alasan kita untuk hidup dalam ketakutan. Bapa yang baik, merupakan jaminan bagi kehidupan kita. Dia pasti memberikan yang terbaik dalam kehidupan ini.

Saudara Jemaat Kristus yang terkasih.
Nampaknya bahkan pekerjaan yang baik dan benarpun dan melayani dan membantu sesama ternyata dapat menjadi tantangan bagi kehidupan orang yang beriman. Inilah yang dapat kita lihat dari peristiwa penangkapan Petrus dan Yohanes. Namun walaupun itu adalah tantangan dan ujian tetapi bagi orang percaya tantangan dan ujian itu ternyata menjadi lapangan untuk memberitakan Injil. Lapangan untuk melayani sesama yang lebih besar lagi. Ternyata melalui peristiwa itu dihadapan 5000 orang Petrus dan Yohanes memberi kesaksian imannya sehingga yang mendengar ajaran itu menjadi percaya. Petrus dan Yohanes pun berkesempatan untuk menyaksikan Kuasa Allah kepada imam – imam, karena mereka bertanya : “ Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian kamu menyembuhkan orang lumpuh ini ? ( Ayat 7 ). Dalam Kisah Para Rasul 3 : 6, ketika orang lumpuh itu melihat Petrus dan Yohanes dan berharap akan beroleh sesuatu dari mereka, tetapi Petrus berkata emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang ada padaku kuberikan kepadamu : “Demi nama Yesus Kristus orang Nazaret itu berjalnlah”. Hal inilah yang mengawali peristiwa penangkapan mereka dan diperhadapkan dengan suatu pengadilan agama pada saat itu.

Saudara, jawaban Petrus kepada imam – imam besar yang mengadili mereka sama seperti ketika ia dengan kuasa Allah menyembuhkan orang lumpuh ini, bahwa dengan nama Yesus Kristus orang Nazaret yang telah kamu salibkan, orang ini disembuhkan dan sekarang berdiri dengan sehat di depan kamu. Jawaban Petrus penuh dengan Roh Kudus, penuh wibawa dan keberanian karena ada Kuasa Allah atas Petrus. Ini sesuai dengan perkataan Yesus dalam Kisah Para Rasul 1 : 8 kamu akan beroleh kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu. Petrus bersaksi bahwa orang lumpuh ini disembuhkan dengan nama Yesus Kristus dan menutup kesaksiannya dengan : dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang oleh-Nya kita dapat diselamatkan ( Kisah Para Rasul 4 : 12 ). Petrus menegaskan bahwa hanya di dalam nama Yesus terdapat KESELAMATAN.

Petrus dan Yohanes tidak takut terhadap tantangan yang menghadang mereka itu semua bukanlah oleh karena hanya kemampuan dan kekuatan mereka semata tetapi dalam kehidupan mereka nyata akan penyertaan Tuhan Yesus yang adalah gembala yang baik yang selalu menyertai kehidupan orang –orang yang setia kepada-Nya melalui pimpinan Roh Kudus. Oleh karena itu jangan takut terhadap tantangan tetapi melalui penyertaan Gembala yang baik, dalam kuasa Roh-Nya hadapilah semua pergumulan itu dengan iman mu!.

Saudara sebagai umat Kristen, kita harus menyadari betul bahwa kita ini adalah pengikut Kristus dan milik kepunyaan Kristus yang harus mencerminkan Kristus dalam setiap aktifitas kehidupan kita. Kekristenan juga bermakna "hubungan pribadi dengan Kristus". Tampaknya hanya ada dua pribadi yang terlibat di dalamnya, yaitu orang percaya dan Kristus. Oleh karena itu bagaimana seorang percaya memperlakukan dan mengasihi saudara seiman, terkait juga di dalam relasi kehidupan kita dengan Tuhan Yesus sang Gembala yang baik itu. Ketika seseorang menjadi Kristen, ia tidak lagi dikuasai dosa, ia mulai melakukan apa yang benar, dan mulai mengasihi saudara di dalam Kristus. Kasih bisa menjadi indikator keselamatan di dalam diri seseorang .

Kita tidak perlu terkejut bila dunia membenci kita, tetapi kita harus heran bila ada kebencian di dalam tubuh Kristus. Yohanes memakai kisah Kain sebagai contoh kegagalan dalam mengasihi. Kain gagal karena tidak beriman. Lalu lahir ketidaktaatan yang berakhir pada kebencian; lahir kesombongan yang menghasilkan panas hati. Kebencian dapat ditunjukkan secara aktif maupun pasif. Di mata Allah, membenci saudara sama dengan membunuh dia di dalam hati. Perbedaan kebencian dan pembunuhan terletak pada tindakannya, sikap hatinya sama!. Walau tidak melakukan tindakan membunuh secara langsung (mungkin karena takut dihukum), terselip harapan bahwa orang itu bisa lenyap. Penolakan terhadap seseorang juga berarti memperlakukan orang itu seolah dia telah mati.


Mereka yang menyatakan diri sebagai kristen harus saling mengasihi. Ini bukan tugas!. Ini bukti kekristenan sejati!. Di mana tidak ada kasih, di situ iman mati. Bila kita tidak mengasihi saudara seiman, orang kristen macam apa kita?. Kasih sejati bukan hanya ada di dalam hati atau mulut, tetapi dinyatakan melalui tindakan. Ujian mengasihi bukan hanya melakukan tindakan yang dramatis dan heroik. Berbagi makanan dengan mereka yang kelaparan atau berbagi rezeki dengan mereka yang kekurangan, merupakan tindakan kasih yang nyata. Jangan biarkan kasih kita hanya ada di bibir tanpa aksi nyata. Kita harus menyatakan kasih dalam tindakan dan kebenaran, dalam aksi dan dalam kejujuran. Sebagaimana Kristus telah memberikan keteladanan bagi kita rela berkorban untuk menyelamatkan milik kepunyaannya yaitu kita dengan pengorbanan-Nya di kayu salib, itu adalah sebagai wujud dari kasih-Nya yang sejati. Dalam Kitab 1 Yohanes: 19 - 20 mengingatkan kita : “ Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”. Amin













Oleh : Hotman Aritonang
Mata Kuliah : Tafsir Perjanjian Baru
Dosen : Pdt. M.K.H. Sirait, MTh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar